Di era globalisasi
dan kemajuan teknologi saat ini, internet sangat mudah diakses dan berkembang
dengan pesat. Termasuk materi-materi seks yang berbau porno yang bebas
berkembang tanpa sensor. Kemudahan dan fasilitas yang disediakan internet
membuat materi-materi berbau seks menjadi lebih variatif. Tidak hanya gambar
diam saja namun gambar bergerak dengan suara, video durasi pendek dan durasi
panjang pun disediakan oleh internet. Sajian situs porno tidak
hanya menampilkan wanita telanjang, namun masih banyak sekali sajian yang
berbau porno yang disediakan oleh internet. Seperti pedophilia, sadomasochism,
dsb. Semua sajian ini dapat diakses dan didapatkan dengan mudah di internet.
Elmer-Dewit (1995) menyebutkan hasil penelitiannya yang dilakukan
di Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, Pennysylvania, AS, selama 18
bulan tentang adanya 917.410 gambar-gambar eksplisit, deskripsi, cerita pendek
dan klip film bercorak pornografi.
Sedangkan shwartz
menyatakan bahwa ada
kurang lebih 200 situs baru yang menyertakan pornografi bertambah setiap
harinya dan juga menunjukan bahwa 98.9 % ( Elmer-Dawit, 1995) khalayak situs
porno adalah pria dan 1.1 % adalah wanita.
Perbedaan jumlah yang sangat terlihat ini kata Cooper
disebabkan karena pria lebih menyukai stimulus visual, sementara wanita
tertarik menjalin persahabatan dan interaksi. Berbeda dengan widyastuti, beliau
menyebutkan bahwa pria terangsang oleh stimulus visual/pengamatan, sedangkan perempuan
terangsang oleh stimulus pendengaran.
Dari hasil survey yang dilakukan pada tanggal 26 febuari-11
maret 2001 terhadap 10 subjek yang pernah mengakses situs porno, 9 orang merasa
terangsang gairah seksualnya dan ingin memuaskan dorongan seks yang dirasakan,
1 orang subjek mengaku pernah melampiaskannya dengan melakukakn oral seks.
Mereka memilih situs porno karena bersifat privasi dan mudah untuk
mendapatkannya, dibanding membeli majalah atau vcd. Dan mereka juga lebih
menyukai warnet dengan sekat tertutup dan akses internet yang cepat.
Ketertarikan remaja terhadap situs porno diakibatkan oleh masa
transisi yang sedang dialami. Remaja mengalami berbagai perubahan, baik pada
aspek fisik, seksual, emosional, religi, moral, sosial, maupun intelektual.(Hurlock,
1993)
Perubahan pada aspek seksual berkaitan dengan matangnya
kelenjar hipofisa yang merangsang pengeluaran hormon yang mempengaruhi
organ-organ repoduksi. Remaja sangat rentan terhadap keberadaan pornografi
karena mereka sadar akan hal-hal yang berkaitan dengan seks dan selalu berusaha
menambah informasi tentang hal tersebut. seperti kata Harlock (1973) yang
menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno
dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan.
Remaja juga sedang mengalami perubahan aspek religiulitas.
Penilitian menunjukan bahwa ada hubungan antara religiulitas dengan perilaku
seksual remaja. Semakin tinggi religiulitas semakin dapat dia mengontrol dan
mengatur perilaku seksual sejalan dengan nilai dan norma yang ada (suharno
1992;Hanani 1995). Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan kognitif remaja yang
sudah mencapai taraf formal operational (teori piaget) yang mana pada saat taraf ini remaja dapat
mengubah cara berfikir dan merasakan nilai-nilai agama. Dan anak dapat mulai
berfikir abstrak, konkrit, dan kritis.
Berdasarkan sensus kependudukan kota Yogya pada tahun 2000,
penduduk muslim mencapai 388.871 jiwa dari 485.695 jiwa itu berarti 80.06%. secara
otomatis penggunaan internet juga banyak yang memeluk agama islam. Didalam
Al-Qur’an dan hadis pornografi diharamkan. Jika remaja memahami dan melakukan
nilai-nilai agama itu akan mengurangi kecenderungan mengakses situs
porno.Kemudahan akses situs porno dapat menjadi tempat pelarian dari ketegangan
mental yang akan mengarah pada kecanduan.
Menurut Elmer- Dewitt (1995) Situs porno memiliki daya tarik
untuk diakses seperti privacy (yakni kerahasiaan, keleluasaan pribadi),
efficiency (materi dapat diambil, dicetak, ditampilkan dengan mudah), harmless
(kebebasan eksplorasi aspek-aspek seksualitas).
Menurut Cooper internet memiliki “Triple A Engine” yaitu
biaya yang murah (affordability), dapat masuk dan keluar sesuka hati
(accessibility), dan tanpa takut dikenali orang lain (anomity).
Young dkk (2000) mengemukakan sebuah model untuk menjelaskan
bagaimana internet dapat menciptakan kecanduan cybersex. ACE Model of
Cybersexual Addiction digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana adanya
anonimitas (the Anonymity) dari interaksi online tersebut dapat meningkatkan
perilaku seksual menyimpang; kemudahan akses dan tersedianya situs-situs porno
menjadi alat yang dapat menyenangkan hidup (the Convenience) serta
menjadikannya tempat pelarian untuk ketegangan mental dan memperkuat pola
perilaku yang mengarah pada kecanduan (the Escape).
Kecenderungan mengakses situs porno menurut Young dipengaruh
factor internal dan eksternal. Factor internal adalah factor kepribadian dan
control diri dan factor situasional (riwayat kesehatan), sedangkan factor
eksternal adalah factor interaksional (aspek interaktif aplikasi internet) dan
factor lingkungan (pendidikan formal dan informal serta lingkungan subjek
sendiri).
Menurut Suler (1998) masa remaja yang disebut sebagai
periode “storm and stress” ternyata memang dapat menimbulkan kesulitan dan
frustasi dalam periode kehidupan remaja dengan adanya tekanan dari sekolah,
keluarga, teman. Semua frustasi yang ditimbulkan itu – terutama frustasi agresi
dan hormon seksual yang sedang meningkat dapat dilepaskan di dunia internet
yang bersifat anonim.
Dunia saiber menawarkan semua kesempatan bagi remaja untuk
memuaskan kebutuhan berekspresi, eksplorasi dan eksperimen dengan identitas
mereka. Untuk itulah remaja membutuhkan agama sebagai pengendali dirinya dalam
memantapkan kepribadian dan dapat mengontrol perilakunya (Afrianti, 1999).
Sangat diharapkan agar para remaja pengguna internet dapat
menjaga diri dari godaan situs porno. Sebab cybersex, baik surfing situs porno
maupun chatting erotis, menurut Wildan (http://www.surabayapost.co.id/00/04/16/02CIBER)
adalah permainan yang menggiring orang memunculkan imajinasi seksual bukan
dengan muhrimnya. Hal ini dilarang agama karena kekuatan imajinasi seks yang
menggunakan media atau tidak pada dasarnya, pada hakikatnya sama yaitu dapat
menyebabkan individu terangsang secara seksual, sedangkan segala pemuasan
syahwat tanpa melalui perkawinan yang sah dilarang agama.
Agama menurut Haditono (Haryanto, 1993) mutlak dibutuhkan
untuk memberikan kepastian norma, tuntunan untuk hidup secara sehat dan benar,
dimana norma agama ini merupakan kebutuhan psikologis yang akan memberikan
keadaan mental yang seimbang, mental yang sehat dan jiwa yang tenteram.
Untuk itu para remaja diharapkan mengerti dan memahami
nilai-nilai agama dan menjalankannya, agar kemudian dapat diasumsikan dapat
mengurangi kecenderungan mengakses situs porno.
setelah diuraikan pembahasan seperti diatas penulis membuat hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu:
1. Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan
kecenderungan perilaku mengakses situs porno pada remaja.
2. Ada perbedaan kecenderungan perilaku mengakses situs
porno antara remaja laki-laki dan perempuan.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian
Penulis memilih populasi adalah para remaja, sampelnya
adalah remaja laki-laki dan perempuan berusia 18-24 tahun berstatus mahasiswa
beragama islam dan merupakan pengguna internet yang waktu akses per-minggunya
antara 1-8 jam. Masing-masing berjumlah 34 remaja perempuan dan 49 remaja
laki-laki.
Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan dua
macam skala, skala yakni skala religiulitas dan skala kecenderungan perilaku
mengakses situs porno. Dan angket identitas digunakan untuk mengetahui
identitas subjek penelitian dan karakteristik user situs porno.
Kedua skala tersebut menyediakan empat alternative tanggapan
yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak
Sesuai).
Skala Religiulitas yang digunakan disusun oleh Turmudhi
(1991) berdasarkan dimensi-dimensi religiulitas yang disusun oleh Glock dan
Stark. Dimensi-dimensi tersebut yakni: dimensi ideologi, dimensi ritual,
dimensi eksperiental, dimensi intelektual, dan dimensi konsekuensi. Aitem-aitem
dalam semua dimensi kecuali dimensi intelektual disatukan dalam satu skala
karena mengukur sifat yang sama yaitu sikap dan perilaku religius. Terdapat 12
pasang aitem identic satu dengan yang lain yang berfungsi menguji kesungguhan
subjek dalam menjawab.
Sedangkan dimensi intelektual terdapat 27 aitem yang disusun
dalam skala tersendiri karena skala tersebut bersifat mengukur tingkat
pengetahuan keagamaan. Dimensi intelektual dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
yang masing-masing mempunyai empat jawaban namun hanya satu yang benar.
Gabungan dua skala ini mempunya skor realibilitas 0.9512
(Turmudhi 1991). Apabila dikurang dengan aitem-aitem yang tidak valid, maka
skala ini realibel dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur.
Skala kecenderungan perilaku mengakses situs porno disusun
oleh penulis berdasarkan teori Cooper,dkk (1999). Untuk melihat seberapa tinggi
kecenderungan individu untuk mengakses situs porno. Aspek-aspek yang terdapat
dalam skala ini meliputi aspek aktivitas, refleksi, kesenangan dan kegairahan.
Berdasarkan hasil uji coba, dari 60 butir aitem diperoleh 48 butir aitem sahih
dengan sebaran konsistensi internal antara 0.3321-0.8539 dan indeks
reliabilitas alpha=0.9682.
Metode analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dengan
Teknik analisis korelasi Product Moment Pearson untuk pengujian hipotesis
pertama. Metode analisis data untuk pengujian hipotesis kedua adalah uji-t yang
bertujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rerata kecenderungan perilaku
mengakses situs porno antara kelompok remaja laki-laki dan remaja perempuan.
Hasil
Data yang terkumpul dan lulu uji konsistensi dan uji asumsi
kemudia dianalisis dengan uji korelasi product moment pearson untuk membuktikan
hipotesis satu dan t-test untuk membuktikan hipotesis kedua.
1 1.Ada korelasi negatif yang
signifikan antara kecenderungan akses situs porno dengan religiusitas
(rxy =
-0.208; p = 0.029, p′0.05). Dapat dikatakan makin tinggi religiusitas, maka
makin rendah kecenderungan perilaku akses situs porno begitu sebaliknya.
2.Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan kecenderungan perilaku akses situs porno yang sangat signifikan antara laki-laki dan perempuan (0L=109.04∃ 0P = 85.97, t = 5.221; p =
0.000, p′0.01). Hal ini menunjukkan bahwa remaja laki-laki mempunyai
kecenderungan perilaku mengakses situs porno yang lebih tinggi dibandingkan
remaja perempuan.
3.Analisis tambahan yang dilakukan terhadap
masing-masing dimensi religiusitas menunjukkan bahwa diantara dimensi lainnya,
dimensi konsekuensial mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan
kecenderungan mengakses situs porno dengan sumbangan efektif sebesar 61.1%.
4. Dari perbandingan antara mean
hipotetik dan mean empirik, diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan kecenderungan
perilaku mengakses situs porno subjek dalam penelitian ini tergolong rendah (0E
= 99.59 ′ 0H = 120).
5. Koefisien determinasi (r2)
sebesar 0.043 yang berarti bahwa religiusitas memberikan sumbangan efektif
sebesar 4.3% terhadap kecenderungan perilaku mengakses situs porno.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penilitan ini adanya hubungan negatif antara
religiulitas dengan kecenderungan mengakses situs porno. Semakin tinggi tingkat
religiulitas semakin rendah kecenderungannya mengakses situs porno begitu
sebaliknya. Dan juga kecenderungan mengakses situs porno pada laki-laki lebig
tinggi sedangkan perempuan lebih rendah.
KEKURANGAN
Kekurangan jurnal ini menurut saya adalah:
-
-Terlalu
mengacu pada satu agama saja, penulis tidak mencantumkan agama yang lain.
-
-Pembahasan
terlalu banyak dibagian situs pornonya dibandingkan dengan pembahasan
religinya.
-
-Subjek
penelitian kurang spesifik.
Saya membuat resume ini untuk melengkapi tugas yang telah
diberikan oleh dosen kepada saya. Mohon maaf bila ada kekurangan dalam
penulisan. Dan terima kasih kepada penulis jurnal dengan judul HUBUNGAN ANTARA
KECENDERUNGAN PERILAKU MENGAKSES SITUS PORNO DAN RELIGIULITAS PADA REMAJA yaitu
Diah Viska Rachmawati, Noor Rochman Hadjam, dan Tina Afiatin dari Universitas
Gadjah Mada.
SUMBER: JURNAL HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN PERILAKU MENGAKSES SITUS PORNO DAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA KARYA Diah Viska Rahmawati, Noor Rochman Hadjam, Tina Afiatin Universitas Gadjah Mada.