Bengkulu adalah sebuah provinsi yang terletak dibagian barat
daya pulau Sumatera, Indonesia.di sebelah utara berbatasan dengan sumatera
barat, di sebelahtimur dengan jambi dan sumatera selatan. Sedangkan di sebelah
selatan dengan lampung.
Bengkulu memiliki tradisi, rumah adat, alat musik, tarian
dan sebagainya yang berbeda dari provinsi provinsi lainnya. Mari kita bahas
satu persatu kebudayaan yang Bengkulu miliki..
1. Rumah Adat
Rumah adat daerah Bengkulu
dinamakan Rumah Rakyat. Rumah Rakyat merupakan rumah panggung yang terdiri dari
3 kamar yaitu, kamar orang tua, kamar gadis, dan kamar bujang. Kolong
dibawahnya untuk penyimpanan kayu dapur dan barang lainnya. Pada piintu masuk
ruang tengah terdapat gambar Buraq, pertanda ketangguhan hati penduduknya
menjalankan agama islam.
Rumah Rakyat terbuat dari kayu
meranti dan dilengkapi dengan tangga masuk dari semen. Pada tiang depan rumah
disebalah kiri biasanya terdapat tanduk kerbau. Hal ini menunjukkan bahwa yang
punya rumah pernah mengadakan upacara atau pesta perkawinan. Jumlah tanduk
sesuai pula dengan banyaknya upacara atau pesta yang telah diadakan.
2. Pakaian Adat
Pakaian adat yang dipakai kaum
pria dari daerah Bengkulu adalah mahkota deangan gunjai-gunjainya (pita) serta
baju model jas tertutup. Ia juga memakai kalung bersusun, kain songket yang
melingkar di pinggang dan celana sebatas lutut.
Sedangkan wanitanya memakai baju
kurung yang disuji dan berkain songket. Ia juga memakai mahkota, kalung
bersusun serta gelang pada kedua belah tangan. Pakaian ini dipakai untuk
upacara pernikahan.
3. Tari-tarian Daerah Bengkulu
a. Tari Andun dari Bengkulu
Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.
b. Tari Bidadari Teminang Anak,
dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tari adat ini berasal dari Rejang
Lebong.
c. Tari Lanan Belek, tari ini
diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang seorang bidadari yang terpaksa tertinggal,
karena saat lagi mandi bersama-sama temannya yang lain selendangnya diambil
orang. Suatu saat selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali
pulang meninggalkan si pemuda yang mendendam rindu.
Senjata tradisional Bengkulu :
keris, kuduk, badik, dan rudus. Keris adalah senjata tradisional daerah
Bengkulu. Keris yang dianggap keramat atau pemberani, panjangnya 13 jari, dan
dipakai oleh kepala adat atau hulubalang. Keris diperguanakan untuk perang,
membela diri, dan perlengkapan upacara adat.
Kuduk adalah sejenis keris
yang berlekuk, bermata satu dengan punggung yang agak tebal. Sarungnya memakai
centalan dan dipakai untuk membela diri dan berburu.
Badik juga sejenis keris
dengan bentuk lurus dan bermata satu. Diapakai untuk berburu dan sebagai
perlengkapan upacara adat.
Rudas adalah sejenis
pedang yang terdiri dari mata, ulu, dan sarung. Dipergunakan untuk berperang,
membela diri dan kelengkapan pada upacara penobatan datuk (kepala adat). Selain
dari itu terdapat pula Pedang Kayu Nibung dan Kerambit.
5. Suku : Suku dan marga
yang terdapat di daerah Bengkulu adalah Melayu, Rejang, Lebong, Enggano, Sekah,serawai
dan lain-lain.
6. Bahasa Daerah : Melayu,
Rejang Lebong, Enggano,pekal,lembak.
7. Lagu Daerah : Lalan
Belek
8. Tradisi
Adat dan istiadat yang cukup akrab dengan
masyarakat Bengkulu, di antaranya: Kain Bersurek, merupakan kain bertuliskan
huruf Arab gundul. Kepercayaan masyarakat di Provinsi Bengkulu umumnya atau
sebesar 95% lebih menganut agama Islam. Upacara adat juga banyak dilakukan
masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti, sunat rasul, upacara adat perkawinan,
upacara mencukur rambut anak yang baru lahir.
Perayaan Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang
India asal Siphoy yang datang bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu
tahun 1685. Mereka datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian
selatan, bersama-sama bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu. Salah
satu pendatang tersebut adalah Ulama Syiah bernama Syeh Burhanuddin yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo. Seperti telah diuraikan
sebelumnya, nama "Tabut" berasal dari kata Arab yaitu Tabut, yang
secara harfiah berarti Kotak Kayu atau Peti. Konon menurut kepercayaan kaum
Bani Israil pada waktu itu bahwa bila Tabut ini muncul dan berada di tangan
pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Namun sebaliknya bila
Tabut tersebut hilang maka akan dapat mendatangkan malapeta bagi mereka.
Karena upacara ini sudah cukup lama tumbuh dan berkembang di sebagian
masyarakat Kota Bengkulu, maka akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional
orang Bengkulu. Baik dari kalangan kaum Sipai maupun oleh seluruh masyarakat
Melayu Bengkulu. Dengan demikian jadilah Upacara Tabot sebagai Upacara
Tradisional dari suku Melayu Bengkulu.
Di Bengkulu sendiri, upacara Tabot ini merupakan upacara hari berkabung
atas gugurnya Syaid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu
Nabi Muhammad SAW. Inti dari upacara tersebut adalah mengenang usaha dan upaya
para pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang berupaya mengumpulkan bagian-bagian dari
jenazah Husien. Setelah semua bagian tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan
dimakamkan di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu
dari tanggal 01 sampai dengan 10 Muharram. Adapun tahapan dari upacara Tabot
tersebut adalah sebagai berikut : Mengambil Tanah, Duduk Penja, Meradai,
Merajang, Arak Penja, Arak Serban, Gam (masa tenang/berkabung) dan Arak Gedang
serta Tabot terbuang.
PROSESI RITUAL TABOT
1. Mengambil
Tanah ( 1 Muharam pkl 22:00 WIB)
Tanah yang diambil pada tahapan ini haruslah berasal dari tempat keramat
yang mengandung unsur-unsur magis.
2. Duduk
Penja ( 5 Muharam pkl 16:00 WIB)
Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang
berbentuk telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya. Penja yang
dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magis, harus dicuci dengan
air limau setiap tahunnya.
3. Meradai
( 6 Muharam pkl 07:00-17:00 WIB)
Mengumpulkan dana yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil
dana untuk kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia
10—12 tahun).
4. Manjara
( 6-7 Muharam pkl 20:00 – 23:00 WIB)
merupakan acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji
atau bertanding dal (alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan
lubang di tengahnya, serta ditutupi kulit lembu).
5. Arak
Penja ( 8 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Pada acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar
10-15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja dengan
menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota
Bengkulu.
6. Arak
Serban ( 9 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Benda yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih
diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera /
panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan
Husein” dengan huruf kaligrafi yang indah.
7. Gam
Gam sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau
terhalang. Suatu waktu yang telah ditentukan dimana pada waktu tersebut semua
aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk
menyembunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.
8. Arak
Gedang ( 9 Muharam atau malam 10 Muharam)
Dengan diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga
masing-masing. Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot
bergerak dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang
telah ditentukan. Di jalan protokol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak
Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.
9. Tabot
Terbuang
Tabot-tabot disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil
kelompok tabot. Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh
Gubernur Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini
menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam
Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan
berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot.
Upacara Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek
ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh
sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan
norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang mengandung
aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.
Tabot yang terus berkembang dari tahun ke tahun itu lama-kelamaan sudah
semakin meninggalkan arti upacara tabot itu sendiri. Tabot yang sekarang lebih
ke acara festival dan Tabot sendiri dijadikan suatu objek pariwisata di
Bengkulu.
Falsafah hidup masyarakat setempat, "Sekundang setungguan Seio Sekato". Bagi masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu: "Ke bukit Samo Mendaki, Ke lurah Samo Menurun, Yang Berat Samo Dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing", artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan bersama akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula "Bulek Air Kek Pembukuh, Bulek Kata Rek Sepakat", artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.
9. Seni Musik
Untuk urusan musik, Bengkulu memiliki beberapa kesenian tradisional. Seni musiknya adalah:
Untuk urusan musik, Bengkulu memiliki beberapa kesenian tradisional. Seni musiknya adalah:
- Geritan,
yaitu cerita sambil berlagu.
- Serambeak,
yang berupa patatah-petitih.
- Andei-andei,
yaitu seni sastra yang berupa nasihat.
- Sambei,
yaitu seni vokal khas suku Rejang,biasanya untuk pesta perkawinan
Sedangkan alat musik
tradisional yang ada di Bengkulu umumnya banyak pula dijumpai di provinsi lain.
Mungkin ada 4 alat musik tradisional dari Bengkulu yang akan ditulis dalam
kesempatan ini. Keempat alat musik tradisional dari Bengkulu itu adalah sebagai
berikut :
1. DOL
Zaman dahulu, dol hanya dimainkan saat perayaan Tabot,
setiap 1-10 Muharram dalam rangka mengenang wafatnya Imam Hasan dan Imam Husen
(cucu Nabi Muhammad saw.) dalam sebuah peperangan di Padang Karbala. Ritual ini
selalu dilaksanakan setiap tahun karena dipercaya dapat menghindarkan berbagai kesulitan
dan wabah penyakit.
Penabuh dol pun bukan sembarang orang melainkan keturunan
tabot, yaitu warga Bengkulu keturunan India yang biasa disebut sipai. Dol
memang dikenalkan kali pertama oleh masyarakat Muslim India yang datang ke
Indonesia dibawa Pemerintah kolonial Inggris yang saat itu membangun Benteng
Malborough. Mereka kemudian menikah dengan orang lokal Bengkulu dan garis
keturunannya dikenal sebagai keluarga tabot. Hingga tahun 1970-an, musik dol
hanya boleh dimainkan orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan keluarga
tabot tersebut.
Sekilas dol berbentuk seperti beduk. Berbentuk setengah
bulat lonjong dan berhiaskan ornamen warna-warni. Dol terbuat dari kayu atau
bonggol kelapa yang terkenal ringan namun kuat atau kadang juga terbuat dari
kayu pohon nangka. Bonggol pohon kelapa dilubangi dan bagian atasnya lalu
ditutup kulit sapi atau kulit kambing. Diameter dol terbesar bisa mencapai
70-125 cm dengan tinggi 80 cm dan alat pemukulnya berdiameter 5 cm dan
panjangnya 30 cm.
Dimainkan dengan cara dipukul, ada 3 teknik dasar memainkan
dol, yaitu: disebut suwena, tamatam, dan suwari. Jenis pukulan suwena biasanya
untuk suasana berduka cita dengan tempo pukulan lambat; tamatam untuk suasana
riang, konstan dan ritmenya cepat; sementara suwari adalah pukulan untuk
perjalanan panjang dengan tempo pukulan satu-satu. Dalam pementasan dol, ada
intsrumen lain yang ikut mengiringi, seperti tassa (sejenis rebana yang dipukul
dengan rotan), dol berukuran kecil, serunai, dan lainnya.
2. TASA
Alat musik tradisional dari Bengkulu selanjutnya adalah
Tasa. Tasa atau seing disebut pula Gendang Tasa berbentuk seperti rebana, terbuat
dari tembaga, besi plat atau alumunium, dan juga bisa dari kuali yang
permukaannya ditutup degan kulit kambing yang telah dikeringkan. Alat musik ini
digunakan bersama dengan Dol, untuk acara Tabot yang dilaksanakan didaerah
Bengkulu.
Alat musik tradisional dari bengkulu selanjutnya adalah Akordion. Alat musik Akordion ini terbuat dari kayu, kertas alumunium dan besi yang berbentuk persegi panjang. Alat musik tradisional ini ditemukan di daerah Pal VII Kabupaten Rejang Lebong pada bulan Maret 1998.
Alat musik tradisional Hermanium berbentuk persegi, bahannya terbuat dari kayu,
besi, kertas dan plastik. Pada badan alat musik tradisional dari Bengkulu yang
satu ini dihiasi dengan ornamen flora. Alat musik Hermanium ditemukan pada bulan
Maret 1983 di Kota Bengkulu.
sumber: